Saturday, March 12, 2011

Latar Belakang (sejarah) Kemerdekaan Amerika Serikat

Perkembangan penduduk di daerah-daerah koloni Inggris di Amerika sangat pesat. Jika pada tahun 1700 populasi penduduknya tercatat hanya 200.000 jiwa maka pada tahun 1770 telah meningkat tajam menjadi 2.5 juta jiwa. Bagi pemerintah Inggris, Amerika adalah sumber keuntungan yang besar. Oleh karena itu, parlemen Inggris mengesahkan berbagai undang-undang pelayaran yang isinya, antara lain segala pengangkutan barang-barang dari negara-negara kolonial ke Inggris atau sebaliknya hanya boleh dilakukan dengan menggunakan kapal Inggris. Undang-undang yang lain menyebutkan bahwa kaum penetap di daerah kolonial hanya diperbolehkan melakukan transaksi dagang dengan Inggris dan melarang mereka berdagang dengan negara lain. Tujuan dari semua undang-undang tersebut adalah agar para pengusaha Inggris tidak tersaingi oleh para pengusaha yang menetap di Amerika. Tentu saja peraturan tersebut sangat merugikan mereka, akibatnya mereka selalu berusaha untuk menghindari atau bahkan melanggar. Kejengkelan para penetap Amerika diperparah oleh sikap pemerintah Inggris yang lemah dalam menghadapi penyelundupan dan perdagangan gelap yang sangat marak di daerah koloni Amerika Utara.

Perang selama tujuh tahun untuk melindungi daerah kolonial dari serangan bangsa Perancis di Kanada telah menyedot dana yang besar. Guna menutup biaya tersebut, pemerintah Inggris memutuskan untuk memanfaatkan sumber-sumber keuangan yang berasal dari daerah koloni. Pemerintah Inggris memutuskan memberantas penyelundupan dan perdagangan gelap yang marak terjadi di Amerika Utara serta memberlakukan bea masuk dan pajak-pajak baru pada tahun 1764. Peraturan yang mengekang dan ditambah lagi dengan kebijakan baru tersebut telah menimbulkan reaksi keras dari kaum pengusaha yang menetap di Amerika. Pemerintah Inggris tidak bisa begitu saja mengambil keputusan di London tanpa adanya persetujuan dari wakil pemerintah Kolonial Amerika. Dengan mengangkat slogan ‘No taxation without representation’ yang berarti ‘Tiada pembebanan pajak tanpa perwakilan’. Bagi mereka, keputusan raja Inggris dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak-hak serta kebebasannya. Akhirnya, rasa percaya diri kaum penetap tumbuh setelah ancaman dari bangsa Perancis semakin tidak dirasakan.

Sementara itu, di Inggris sendiri keputusan Raja George III tersebut menimbulkan tanggapan yang pro dan kontra dari para politisi. Mereka yang pro-raja berargumen bahwa tujuan hasil penarikan pajak adalah untuk anggaran pertahanan dan keamanan dalam upaya melindungi kolonial Amerika dari serangan bangsa Perancis. Sementara itu, pihak yang kontra yang didukung oleh politisi ternama seperti Wilkes dan Chatham, menentang keputusan raja dengan alasan demi keutuhan kerajaan Inggris. Solusi mereka adalah dengan memberikan konsesi-konsesi kepada kaum penetap Amerika. Namun, setelah perang tidak dapat terhindarkan, seluruh rakyat Inggris akhirnya mendukung keputusan raja meskipun tidak sepenuh hati karena menurut mereka ini adalah perang saudara. Pemerintah pun akhirnya memutuskan untuk menggunakan tentara sewaan dari Jerman untuk dikirim ke Amerika.

Pada 1773, sekelompok pendatang Inggris melakukan reaksi dengan memboikot pemberlakuan pajak tersebut dengan membuang muatan hasil panen teh ke laut di Pelabuhan Boston daripada harus membayar pajak. Peristiwa tersebut, kemudian lebih dikenal dengan The Boston Teaparty. Aksi ini memicu kemarahan pemerintah Inggris dan kemudian menutup pelabuhan Boston. Sebaliknya, kaum penetap memutuskan untuk mengawasi dan mencegah masuknya barang-barang dari Inggris ke Amerika sampai pelabuhan Boston dibuka kembali. Pemerintah Inggris menganggap bahwa aksi tersebut sebagai pemberontakan dan memutuskan untuk menyelesaikan dengan kekuatan pasukan perang.

Bagi kaum penetap peristiwa ini kemudian dianggap sebagai tonggak Perjuangan Kemerdekaan Amerika. Sedangkan puncak perjuangan mereka adalah ketika Kongres Kontinental yang mewakili ketiga belas koloni Amerika Utara bersidang di Philadelphia dan mendeklarasikan kemerdekaan ke-13 koloni tersebut dengan nama The United State of America (Amerika Serikat) pada tahun 1776. Pernyataan merdeka ini menyebabkan kemarahan besar pemerintahan Inggris dan mereka tidak mengakui keputusan tersebut. Akhirnya, pemerintah Inggris mengirimkan pasukan perang untuk menggempur Amerika Serikat. Pada awal-awal pertempuran, rasa pesimis muncul pada para pejuang pendiri Amerika Serikat karena para milisi Amerika tidak memiliki pengalaman berperang yang sebanding dengan angkatan Laut Inggris. Ditambah lagi, mereka tidak memiliki disiplin perang yang sebenarnya. Kekhawatiran lain yang muncul adalah ancaman dari kaum loyalis atau tories yang masih setia kepada pemerintah kerajaan Inggris. Dalam situasi dan kondisi yang kritis, munculah nama George Washington seorang pemimpin yang memiliki kemampuan dalam bidang militer dan politik.

Rasa pesimistis tentara Amerika Serikat mulai sirna ketika mereka mampu mengalahkan angkatan perang Inggris di Saratoga. Kemenangan tersebut menjadi titik balik bagi kebangkitan perjuangan mereka. Kemenangan tersebut dimanfaatkan oleh negara-negara yang pernah dikalahkan oleh Inggris untuk membalas dendam mereka. Dimulai dari Perancis yang memang sejak semula telah bersimpati kepada perjuangan tentara Amerika, kemudian diikuti oleh Spanyol dan Belanda. Momen tersebut juga disambut gembira oleh negara-negara Eropa lainnya karena tidak senang dengan arogansi pemerintah Inggris yang mengizinkan Angkatan Lautnya melakukan operasi terhadap semua kapal-kapal di lautan bebas.

Tekanan rupanya juga datang dari dalam negeri Inggris sendiri. Pada tahun 1782 parlemen setuju untuk mengurangi kekuasaan raja dengan mendesak raja untuk membubarkan kabinetnya. Selanjutnya, mereka mendesak agar pemerintah segera mengadakan perjanjian damai dengan Amerika sehingga hubungan yang baik tetap terjalin. Sedangkan tujuan yang lebih penting adalah mengurangi pengaruh Perancis terhadap Amerika. Inggris pun akhirnya menandatangani Perjanjian Paris pada tahun 1783 yang isinya adalah mengakui kemerdekaan Amerika Serikat.

No comments: